Selasa, 20 Agustus 2013

Syarat Pendaftaran Duta Wisata Siak Sri Indrapura 2013



Syarat Pendaftaran Duta Wisata Siak Sri Indrapura 2013

Persyaratan Umum
  1. Putra/i Siak berusia 17-24 Tahun terhitung bulan April 2013 yang berdomisili di Siak.
  2. Pendidikan Minimal SMA/sederajat
  3. Belum pernah menikah
  4. Tinggi badan minimal: Putra = 165 cm, Putri=160cm
  5. Belum pernah menjadi Duta Wisata perwakilan daerah lain di Riau ataupun juara dari Duta Wisata Kabupaten Siak tahun-tahun sebelumnya
  6. Foto copy kartu tanda penduduk/Kartu tanda pelajar/mahasiswa(i)
  7. Surat izin orang tua/wali peserta atau surat rekomendasi dari sekolah (perwakilan sekolah)
  8. Surat keterangan berbadan sehat baik jasmani/rohani dari dokter
  9. Foto :
    • Pas foto berwarna ukuran 4×6 ditempel pada formulir pendaftaran
    • Foto close up dan seluruh badan ukuran postcard berwarna masing-masing 1 lembar (memakai baju sopan)
  10. Menguasai bahasa Melayu, Indonesia dan Bahasa Asing (Mis. InggrisArab)
  11. Pakaian sopan, muslim/muslimah (pada saat audisi)
  12. Mengisi formulir biodata peserta dan semua persyaratan dimasukkan kedalam Map Biru untuk Putra dan Map Kuning untuk Putri.











Minggu, 28 Juli 2013

Mengembangkan Industri Pariwisata Kabupaten Siak Melalui Souvenir

Kabupaten Siak merupakan wilayah yang kaya akan nilai sejarah, seni dan budaya, serta memiliki beragam potensi pariwisata yang dapat dikembangkan untuk tujuan pelestarian sejarah, seni dan budaya melayu, serta pembangunan ekonomi lokal. Tapi sayangnya beragam potensi pariwisata tersebut belum semuanya dapat tergarap secara maksimal, padahal Siak didengungkan akan menjadi icon Melayu di Dunia.
Berbagai upaya dan kampanye untuk mempromosikan industri pariwisata Kabupaten Siak memang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait, bahkan dengan pengucuran sumberdaya pendanaan yang tidak sedikit. Namun belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Memang untuk membangun suatu industri pariwisata dibutuhkan waktu yang cukup lama, namun dari capaian hasil upaya yang telah dilakukan selama ini, sepertinya masih jauh dari sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, selain tidak ada indikator yang jelas dan tegas yang dijadikan acuan dalam upaya-upaya tersebut.
 Beberapa upaya yang telah dilakukan, malah dinilai oleh banyak pihak hanya sebagai penghamburan dana APBD karena tidak jelas hasilnya. Seperti contoh, berbagai program pelatihan dan workshop yang telah dilakukan, tidak berorientasi pada jangka panjang, dan belum sepenuhnya mampu mengangkat sejarah, seni dan budaya serta kearifan lokal Siak sebagai icon Melayu di Dunia, namun program-program tersebut terkesan hanya sekedar saja “agar terlihat ada kegiatan dan aktifitas” dari Dinas terkait. Dalam arti hal itu tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan tidak sepenuhnya dengan niat untuk benar-benar memajukan industri pariwisata Siak.
Dalam mengembangkan suatu konsep industri kepariwisataan memang tidak dapat dilakukan dan dinikmati hasilnya dalam waktu singkat, karena hal tersebut membutuhkan suatu proses panjang yang terjadi secara terus menerus, menyangkut perubahan pola pikir, pengaruh internal dan eksternal dari budaya masyarakat lokal, dan tentunya keseriusan dan niat baik dari pihak terkait (stakeholders) untuk secara terus menerus melakukan upaya-upaya strategis, serta kemampuan untuk saling bersinergi antara pihak yang satu dengan lainnya, agar upaya-upaya yang dilakukan tersebut dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem dan terkonsep seperti yang telah dicanangkan, karena membangun suatu industri pariwisata tidak dapat dilakukan secara parsial, jika tidak ingin pada akhirnya hanya akan menghasilkan tempat-tempat wisata yang ditinggalkan oleh pengunjung (wisatawan), karena telah merasa bosan dengan apa yang ada dan ditawarkan.
Selain itu, pengembangan dan pemanfaatan Industri Pariwisata Siak untuk kemakmuran daerah juga terhambat permasalahan masih buruknya penyediaan infrastruktur publik, serta minimnya fasilitas dan layanan publik yang mendukung suatu objek tujuan wisata. Disamping itu, pelaku industri pariwisata yang ada di Siak (stakeholders) yaitu pemerintah, swasta dan pengusaha, serta masyarakat yang ada belum sepenuhnya bersinergi dan mampu menangkap peluang-peluang kepariwisataan yang berpotensi untuk dikembangkan.
Hambatan lainnya yaitu belum adanya kesadaran kolektif dari pemerintah daerah, sector private, dan public dalam merubah mind set (pola pikir), paradigma dan budaya (seperti prilaku, iklim usaha, kearifan lokal, penciptaan ruang dan kreasi, dll) yang lebih responsive dan promotif dalam bentuk upaya dan tindakan konkrit guna mendukung pengembangan dan pemanfaatan Industri Kepariwisataan Siak sebagai suatu destinasi atau daerah tujuan pariwisata sejarah, seni dan budaya Melayu.
Salah satu contoh, tidak tersedianya souvenir khas dari Siak, yang sempat dikeluhkan oleh pengunjung Istana Siak beberapa waktu lalu (souvenir tentang Istana Siak), fasilitas parkir dan toilet yang belum tersedia dengan baik, tidak tersedianya akses informasi dan tourism map dengan baik, dan hampir tidak ada buah tangan khas Siak yang dapat dibawa pulang oleh pengunjung/ wisatawan sebagai cendera mata dan kenang-kenangan, ketika kembali ke rumah.
Tidak tersedianya souvenir yang layak jual dan khas dari Siak, tidak terlepas dari masalah lemahnya ide dan kreatifitas dari pihak terkait seperti pemerintah yang kurang mampu memfasilitasi, serta sumberdaya manusia yang tersedia (pelaku usaha, pengrajin, produsen) yang kurang cermat dalam menangkap peluang bisnis pariwisata, yang pada akhirnya miskin dalam produksi barang dan jasa yang kreatif dalam mendukung pengembangan industri kepariwisataan.
Padahal ditangan pelaku usaha industri pariwisata yang kreatif, sebongkah kayu yang hanyut di Sungai Siak, mungkin saja misalnya dapat dimanfaatkan dan diolah untuk menjadi sebuah miniatur sampan tradisional Siak yang dulu (sebelum adanya jembatan) banyak hilir mudik menyeberangi sungai Siak. Atau dapat pula kayu hanyut itu dijadikan sebuah tunggul mungil yang dikemas secara apik dan eksklusif dengan sedikit narasi yang menerangkan bahwa tunggul kecil itu adalah pohon bakau yang tumbuh ditepian Sungai Siak, merepresentasikan perjalanan sejarah serta kuatnya akar kebudayaan masyarakat Melayu dalam menyongsong modernitas dan globalisasi.
Hampir tidak adanya industri kreatif yang menjadi media pendukung industri kepariwisataan dan destinasi wisata di Siak, hingga tidak tersedianya sumberdaya manusia yang memadai untuk melakukan suatu kerja industri kreatif, tentu menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan dan konsep kepariwisataan Siak seperti yang telah tertuang dalam Visi dan Misi Kabupaten Siak, serta komitment pemerintah daerah dalam melakukan upaya-upaya pengembangan terhadap industri pariwisata Siak.
Walau demikian, apapun masalah yang sedang menghambat berkembangnya kemajuan industri kepariwisataan Siak, adalah suatu hal terpenting yang tetap harus dilakukan secara terus menerus yaitu promosi, kampanye dan publikasi terhadap potensi dan destinasi pariwisata yang ada, sambil terus melakukan pembenahan terhadap hambatan-hambatan yang ada.  
Jika ditelaah, industri pariwisata merupakan sektor jasa yang membutuhkan inovasi dan kreatifitas kolektif secara terus menerus, yang sangat mutlak membutuhkan ide-ide unik dan segar, agar dapat menarik minat para wisatawan domestik maupun macanegara untuk datang berkunjung, yang tentunya akan mendatangkan pundi-pundi devisa bagi daerah destinasi, dan kemudian pada akhirnya menciptakan multipliers effect terhadap akselerasi pembangunan daerah.

Salah satu masalah kecil (namun sebenarnya besar) yang dihadapi Siak saat ini dalam mengembangkan Industry Pariwisatanya adalah tidak tersedianya Souvenir Oleh-Oleh Wisata yang dapat merepresentasikan Siak kepada para Wisatawan. Hal ini penting untuk dikreasikan, dan dicari solusinya. Karena Souvenir sebenarnya menjadi sebuah trademark dari suatu Industri Pariwisata, dan termasuk sebagai salah satu media promosi yang efektif, dalam mengkampanyekan dan mempublikasikan serta dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi pariwisata.

Studi kasus tidak tersedianya souvenir khas Siak, seperti Souvenir tentang Istana Siak, menjadi analisis lanjutan, dari tidak tersedianya sumber daya manusia yang memiliki motivasi, daya kreatifitas yang cukup kreatif dan inovatif dalam menangkap peluang, dan tidak memiliki cukup banyak ide segar untuk mampu menggarap dan mendukung industri pariwisata di Siak. Pelaku industri kreatif dan Pengrajin Souvenir di Siak tidak hanya memiliki keterbatasan keterampilan teknis untuk merancang, membuat, memproduksi dan menghasilkan Souvenir, tapi juga memiliki keterbatasan kapasitas dalam sisi Bisnis dan Filosofis, yang terkait dengan Industri Pariwisata. Masalah ini sangat terkait dengan filosofis dan konseptual. Masalah lain yang dihadapi oleh pelaku industri kreatif di Siak yaitu keterbatasan akses informasi, terbatasnya kapasitas dan pengetahuan, terbatasnya tekonologi, peralatan, dan akses pasar, dan lainnya, yang secara umum dapat disebut atau dikategorikan sebagai masalah teknis.

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut tentu tidak cukup hanya dengan mengadakan pelatihan dengan orientasi jangka pendek dan pemberian modal kerja (bantuan kredit pendanaan) bagi pelaku industri kreatif,.karena masalah yang dihadapi tidak hanya masalah permodalan yang bersifat teknis, tapi juga terkait masalah filosofis, dan membutuhkan solusi yang lebih komprehensif dan Holistik.

Tawaran Solusi dan Konsep Program
Solusi yang akan di tawarkan kepada Pemkab Siak salah satunya adalah PROGRAM PENGEMBANGAN dan PENGUATAN INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN SIAK, BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA UNTUK  MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN PAD.

Konsep dasar dari program ini yaitu, mencari, menemukan dan merekrut sebanyak 30 hingga 40 orang calon entrepreneur atau pengrajin berbakat, untuk di bina menjadi seorang Entrepreneur sukses dalam bidang industri kreatif sebagai upaya dukungan primer terhadap pengembangan dan pemanfaatan industri pariwisata Siak, melalui suatu pelatihan dan workshop yang bersifat komprehensif dan holistic

Dengan kata lain, melalui program yang mirip dengan beasiswa pelatihan dan workshop ini, akan dihasilkan (created) para entrepreneur yang bergerak pada bidang jasa dan industri kreatif, yang memiliki motivasi dan daya kreatifitas tinggi serta memiliki moral dan tanggung jawab untuk mendukung dan membangun industri pariwisata yang ada di Siak.

Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diberikan modal kerja untuk melakukan produksi sesuai dengan minat dan pemilihan konsentrasinya, serta mampu menghasilkan produk yang bernilai layak jual, dengan mengangkat tema-tema potensi dan destinasi pariwisata sejarah, seni dan budaya yang ada di Kabupaten Siak. Produk-Produk yang dihasilkan oleh peserta pelatihan ini, akan dijual dan dipasarkan di tempat-tempat yang dianggap strategis dan ke mancanegara. Pendampingan juga akan dilakukan kepada seluruh peserta sebagai bagian dari metode evaluasi, dan pembuktian indicator keberhasilan program.

Salah satu indikator keberhasilan tersebut yaitu, adanya produk yang bernilai layak jual yang diproduksi oleh peserta yang telah mengikuti program ini, kemudian  produk tersebut lalu terjual dan peserta mampu mencicil pengembalian pinjaman dana modal kerja sebesar 50 % dari besarnya pinjaman, dalam waktu paling lama 12 bulan.

Peserta Pelatihan(Calon Entrepreneur)
Peserta program pelatihan dan workshop ini diutamakan dari para pemuda lokal (youth) dengan latar belakang pendidikan tidak mencapai jenjang SLTA, Fresh Graduate, serta pengrajin atau pebisnis lokal yang telah memiliki unit produksi (usaha) yang ada di Wilayah Kabupaten Siak dan Sekitarnya. Sistim perekrutan peserta menggunakan suatu tools khusus dan Standar Operasional Prosedur tersendiri, yang mencakup assestment, observasi, teknis pencarian bibit atau calon peserta yang berbakat, wawancara dan psikologi test, survey terhadap latar belakang calon peserta, uji reliabilitas, justifikasi, dll. Proses perekrutan calon peserta ini membutuhkan waktu paling tidak 1 hingga 2 bulan)

5. Durasi Program
Secara umum, program ini direncanakan efektif berlangsung selama 24 bulan, yang terdiri dari 2 tahapan utama dan beberapa sub tahapan. Tahapan utama yaitu masa pelatihan dan workshop selama 1 tahun,  dan masa pendampingan usaha dan produksi selama 1 tahun.

6. Metode dan Materi Pelatihan
Pelatihan dan Workshop ini akan dikemas dalam paket belajar yang menyenangkan (fun learning), dengan menggunakan kombinasi metode pendidikan andragogy dan pedagogy, pelatihan ini lebih menitikberatkan pada konsep Learning by Doing, atau dengan kata lain, bisa karena mencoba melakukannya.

Setting media dan tempat belajar yang diharapkan adalah belajar dari lingkungan di Alam Bebas. Artinya kelas belajar dapat diadakan dimana saja, sesuai dengan jadwal dan kesepakatan peserta, tidak harus berada di dalam suatu ruangan kelas, namun akan lebih banyak berada di luar ruangan, untuk lebih mengasah intuisi dan ide kreatif para peserta program. Dalam pelatihan ini juga akan digunakan teknik-teknik fasilitasi seperti sharing, brainstorming, role play, fun games, field observation, community building, dll

Calon Peserta atau Entrepreneur, atau para calon pengusaha  industri kreatif yang telah direkrut dan dinyatakan diterima sebagai peserta pada program ini, akan diberikan pemahaman dan pengetahuan mendasar tentang masalah filosofis dan teknis yang dihadapi oleh para pengrajin dan pemerintah daerah Siak, dalam mengembangkan industri pariwisata, seperti identifikasi masalah yang telah dijelaskan di awal.

Pengetahuan dan Pemahaman (metode pelatihan ini) menggunakan suatu metode dan modul pendidikan yang dirancang secara khusus, untuk menjawab permasalahan yang dihadapi tersebut. Substansi materi pelatihan dari modul yang akan digunakan berisi tentang landasan konsep (struktur berfikir) secara filosofis mengenai Art Of Bussiness, metode berpikir analitis dengan menggunakan keseimbangan logika dan intuisi, wawasan entrepreneurship, bagaimana menjadi seorang agent of change, bagaimana cara menjadi wirausahawan yang sukses, menumbuhkan dan mengembangkan jiwa bisnis, Psikologi Bisnis, Bussiness Ethict, self motivation, menemukan dan menumbuhkembangkan ide kreatif, research and development untuk usaha kreatif,  risk management, conjunction plan, identifikasi nilai seni dan budaya local untuk dijadikan ide produksi, team building, team work, team motivation, problem solving, Bussiness Networking, Conflict Interest and Opportunity, teori dasar ekonomi dan pengetahuan dasar tentang pembangunan ekonomi local, suistainable business, social entrepreneurship, hingga pada wawasan corporate social rensponsibility, dll

Selain materi pengetahuan dan wawasan filosofis diatas, peserta program juga akan diberikan materi soft skill sepertil  pengetahuan tentang bagaimana memulai, mengelola, mengembangkan dan keberlanjutan sebuah usaha kreatif, bagaiamana cara mendapatkan pinjaman modal, pengetahuan dasar tentang perijinan, pengetahuan tentang aturan dan arah kebijakan pemerintah, pengetahuan tentang Hak Kekayaan Intelektual, pengetahuan tentang business management seperti sistim informasi dan administrasi, laporan keuangan, analisis SWAT, management produksi, , membangun komunikasi dan mengembangkan jaringan bisnis, negotiating skill, observasi dan assestment lingkungan bisnis, trend dan mode, memasarkan produk secara efektif dan efisien. Selain itu juga akan diajarkan pengetahuan dasar tentang teknik gambar, bagaimana menggunakan software disain grafis, bagaimana merancang dan membuat sebuah desain produk dengan menggunakan software computer, pengetahuan bahasa inggris, dll.

Materi lain yang akan diberikan adalah materi hard skill, yang tergantung pada minat produksi (jurusan) peserta program. Setidaknya ada 3 jenis konsentrasi produksi yang dapat ditawarkan dalam program pelatihan ini, yaitu Teknik Produksi Sablonase (contoh produk seperi T-Shirt, Sticker, Poster, Kaligrafi, dll), Teknik Produksi Seni Rupa (contoh produk sepeti patung, miniatur, asbak, alat tulis, hiasan dinding, dll), Teknik Produksi Barang Kerajinan Tangan (contoh produk seperti tas, sepatu, sendal, aksesoris, gelang, kalung, dompet, gantungan kunci, boneka, dll). Untuk mendukung hard skill tersebut, diberikan pula materi tentang pengetahuan bahan baku dan peralatan produksi, teknik printing  (soft dan hard printing, labeling/ branding, dan materi lain yang dianggap perlu. Sebaiknya implementasi program ini hingga pada tahap peminjaman modal kerja dan pendampingan berwirausaha) agar dapat melakukan suatu produksi barang atau souvenir dan mampu memasarkannya secara luas.

Jadi, untuk mempromosikan industri pariwisata Siak melalui Souvenis, tidak cuku hanya dengan sekedar pelatihan satu minggu saja, setelah itu bubar, walhasil, menghabiskan uang APBD dan Entrepreneur tidak tumbuh, apalagi peserta pelatihan adalah orang dekat (sanak famili, tetangga, sauara) Pegawai/ Staf dari Dinas Terkiat yang menjadi Panitia dari program/ training.