Kabupaten Siak merupakan wilayah yang kaya akan nilai sejarah, seni
dan budaya, serta memiliki beragam potensi pariwisata yang dapat
dikembangkan untuk tujuan pelestarian sejarah, seni dan budaya melayu,
serta pembangunan ekonomi lokal. Tapi sayangnya beragam potensi
pariwisata tersebut belum semuanya dapat tergarap secara maksimal,
padahal Siak didengungkan akan menjadi icon Melayu di Dunia.
Berbagai
upaya dan kampanye untuk mempromosikan industri pariwisata Kabupaten
Siak memang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan berbagai pihak
terkait, bahkan dengan pengucuran sumberdaya pendanaan yang tidak
sedikit. Namun belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Memang untuk
membangun suatu industri pariwisata dibutuhkan waktu yang cukup lama,
namun dari capaian hasil upaya yang telah dilakukan selama ini,
sepertinya masih jauh dari sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, selain
tidak ada indikator yang jelas dan tegas yang dijadikan acuan dalam
upaya-upaya tersebut.
Beberapa upaya yang telah dilakukan, malah
dinilai oleh banyak pihak hanya sebagai penghamburan dana APBD karena
tidak jelas hasilnya. Seperti contoh, berbagai program pelatihan dan
workshop yang telah dilakukan, tidak berorientasi pada jangka panjang,
dan belum sepenuhnya mampu mengangkat sejarah, seni dan budaya serta
kearifan lokal Siak sebagai icon Melayu di Dunia, namun program-program
tersebut terkesan hanya sekedar saja “agar terlihat ada kegiatan dan
aktifitas” dari Dinas terkait. Dalam arti hal itu tidak dilakukan secara
sungguh-sungguh dan tidak sepenuhnya dengan niat untuk benar-benar
memajukan industri pariwisata Siak.
Dalam mengembangkan suatu
konsep industri kepariwisataan memang tidak dapat dilakukan dan
dinikmati hasilnya dalam waktu singkat, karena hal tersebut membutuhkan
suatu proses panjang yang terjadi secara terus menerus, menyangkut
perubahan pola pikir, pengaruh internal dan eksternal dari budaya
masyarakat lokal, dan tentunya keseriusan dan niat baik dari pihak
terkait (stakeholders) untuk secara terus menerus melakukan upaya-upaya
strategis, serta kemampuan untuk saling bersinergi antara pihak yang
satu dengan lainnya, agar upaya-upaya yang dilakukan tersebut dapat
terintegrasi ke dalam suatu sistem dan terkonsep seperti yang telah
dicanangkan, karena membangun suatu industri pariwisata tidak dapat
dilakukan secara parsial, jika tidak ingin pada akhirnya hanya akan
menghasilkan tempat-tempat wisata yang ditinggalkan oleh pengunjung
(wisatawan), karena telah merasa bosan dengan apa yang ada dan
ditawarkan.
Selain itu, pengembangan dan pemanfaatan Industri
Pariwisata Siak untuk kemakmuran daerah juga terhambat permasalahan
masih buruknya penyediaan infrastruktur publik, serta minimnya fasilitas
dan layanan publik yang mendukung suatu objek tujuan wisata. Disamping
itu, pelaku industri pariwisata yang ada di Siak (stakeholders) yaitu
pemerintah, swasta dan pengusaha, serta masyarakat yang ada belum
sepenuhnya bersinergi dan mampu menangkap peluang-peluang kepariwisataan
yang berpotensi untuk dikembangkan.
Hambatan lainnya yaitu belum
adanya kesadaran kolektif dari pemerintah daerah, sector private, dan
public dalam merubah mind set (pola pikir), paradigma dan budaya
(seperti prilaku, iklim usaha, kearifan lokal, penciptaan ruang dan
kreasi, dll) yang lebih responsive dan promotif dalam bentuk upaya dan
tindakan konkrit guna mendukung pengembangan dan pemanfaatan Industri
Kepariwisataan Siak sebagai suatu destinasi atau daerah tujuan
pariwisata sejarah, seni dan budaya Melayu.
Salah satu contoh,
tidak tersedianya souvenir khas dari Siak, yang sempat dikeluhkan oleh
pengunjung Istana Siak beberapa waktu lalu (souvenir tentang Istana
Siak), fasilitas parkir dan toilet yang belum tersedia dengan baik,
tidak tersedianya akses informasi dan tourism map dengan baik, dan
hampir tidak ada buah tangan khas Siak yang dapat dibawa pulang oleh
pengunjung/ wisatawan sebagai cendera mata dan kenang-kenangan, ketika
kembali ke rumah.
Tidak tersedianya souvenir yang layak jual dan
khas dari Siak, tidak terlepas dari masalah lemahnya ide dan kreatifitas
dari pihak terkait seperti pemerintah yang kurang mampu memfasilitasi,
serta sumberdaya manusia yang tersedia (pelaku usaha, pengrajin,
produsen) yang kurang cermat dalam menangkap peluang bisnis pariwisata,
yang pada akhirnya miskin dalam produksi barang dan jasa yang kreatif
dalam mendukung pengembangan industri kepariwisataan.
Padahal
ditangan pelaku usaha industri pariwisata yang kreatif, sebongkah kayu
yang hanyut di Sungai Siak, mungkin saja misalnya dapat dimanfaatkan dan
diolah untuk menjadi sebuah miniatur sampan tradisional Siak yang dulu
(sebelum adanya jembatan) banyak hilir mudik menyeberangi sungai Siak.
Atau dapat pula kayu hanyut itu dijadikan sebuah tunggul mungil yang
dikemas secara apik dan eksklusif dengan sedikit narasi yang menerangkan
bahwa tunggul kecil itu adalah pohon bakau yang tumbuh ditepian Sungai
Siak, merepresentasikan perjalanan sejarah serta kuatnya akar kebudayaan
masyarakat Melayu dalam menyongsong modernitas dan globalisasi.
Hampir
tidak adanya industri kreatif yang menjadi media pendukung industri
kepariwisataan dan destinasi wisata di Siak, hingga tidak tersedianya
sumberdaya manusia yang memadai untuk melakukan suatu kerja industri
kreatif, tentu menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan dan konsep
kepariwisataan Siak seperti yang telah tertuang dalam Visi dan Misi
Kabupaten Siak, serta komitment pemerintah daerah dalam melakukan
upaya-upaya pengembangan terhadap industri pariwisata Siak.
Walau
demikian, apapun masalah yang sedang menghambat berkembangnya kemajuan
industri kepariwisataan Siak, adalah suatu hal terpenting yang tetap
harus dilakukan secara terus menerus yaitu promosi, kampanye dan
publikasi terhadap potensi dan destinasi pariwisata yang ada, sambil
terus melakukan pembenahan terhadap hambatan-hambatan yang ada.
Jika
ditelaah, industri pariwisata merupakan sektor jasa yang membutuhkan
inovasi dan kreatifitas kolektif secara terus menerus, yang sangat
mutlak membutuhkan ide-ide unik dan segar, agar dapat menarik minat para
wisatawan domestik maupun macanegara untuk datang berkunjung, yang
tentunya akan mendatangkan pundi-pundi devisa bagi daerah destinasi, dan
kemudian pada akhirnya menciptakan multipliers effect terhadap
akselerasi pembangunan daerah.
Salah satu masalah kecil
(namun sebenarnya besar) yang dihadapi Siak saat ini dalam mengembangkan
Industry Pariwisatanya adalah tidak tersedianya Souvenir Oleh-Oleh
Wisata yang dapat merepresentasikan Siak kepada para Wisatawan. Hal ini
penting untuk dikreasikan, dan dicari solusinya. Karena Souvenir
sebenarnya menjadi sebuah trademark dari suatu Industri Pariwisata, dan
termasuk sebagai salah satu media promosi yang efektif, dalam
mengkampanyekan dan mempublikasikan serta dapat menarik minat para
wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi pariwisata.
Studi
kasus tidak tersedianya souvenir khas Siak, seperti Souvenir tentang
Istana Siak, menjadi analisis lanjutan, dari tidak tersedianya sumber
daya manusia yang memiliki motivasi, daya kreatifitas yang cukup kreatif
dan inovatif dalam menangkap peluang, dan tidak memiliki cukup banyak
ide segar untuk mampu menggarap dan mendukung industri pariwisata di
Siak. Pelaku industri kreatif dan Pengrajin Souvenir di Siak tidak hanya
memiliki keterbatasan keterampilan teknis untuk merancang, membuat,
memproduksi dan menghasilkan Souvenir, tapi juga memiliki keterbatasan
kapasitas dalam sisi Bisnis dan Filosofis, yang terkait dengan Industri
Pariwisata. Masalah ini sangat terkait dengan filosofis dan konseptual.
Masalah lain yang dihadapi oleh pelaku industri kreatif di Siak yaitu
keterbatasan akses informasi, terbatasnya kapasitas dan pengetahuan,
terbatasnya tekonologi, peralatan, dan akses pasar, dan lainnya, yang
secara umum dapat disebut atau dikategorikan sebagai masalah teknis.
Solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut tentu tidak cukup hanya dengan
mengadakan pelatihan dengan orientasi jangka pendek dan pemberian modal
kerja (bantuan kredit pendanaan) bagi pelaku industri kreatif,.karena
masalah yang dihadapi tidak hanya masalah permodalan yang bersifat
teknis, tapi juga terkait masalah filosofis, dan membutuhkan solusi yang
lebih komprehensif dan Holistik.
Tawaran Solusi dan Konsep Program
Solusi
yang akan di tawarkan kepada Pemkab Siak salah satunya adalah PROGRAM
PENGEMBANGAN dan PENGUATAN INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN SIAK, BERBASIS
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH YANG BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN PAD.
Konsep
dasar dari program ini yaitu, mencari, menemukan dan merekrut sebanyak
30 hingga 40 orang calon entrepreneur atau pengrajin berbakat, untuk di
bina menjadi seorang Entrepreneur sukses dalam bidang industri kreatif
sebagai upaya dukungan primer terhadap pengembangan dan pemanfaatan
industri pariwisata Siak, melalui suatu pelatihan dan workshop yang
bersifat komprehensif dan holistic
Dengan kata lain,
melalui program yang mirip dengan beasiswa pelatihan dan workshop ini,
akan dihasilkan (created) para entrepreneur yang bergerak pada bidang
jasa dan industri kreatif, yang memiliki motivasi dan daya kreatifitas
tinggi serta memiliki moral dan tanggung jawab untuk mendukung dan
membangun industri pariwisata yang ada di Siak.
Diharapkan
setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diberikan modal kerja untuk
melakukan produksi sesuai dengan minat dan pemilihan konsentrasinya,
serta mampu menghasilkan produk yang bernilai layak jual, dengan
mengangkat tema-tema potensi dan destinasi pariwisata sejarah, seni dan
budaya yang ada di Kabupaten Siak. Produk-Produk yang dihasilkan oleh
peserta pelatihan ini, akan dijual dan dipasarkan di tempat-tempat yang
dianggap strategis dan ke mancanegara. Pendampingan juga akan dilakukan
kepada seluruh peserta sebagai bagian dari metode evaluasi, dan
pembuktian indicator keberhasilan program.
Salah satu
indikator keberhasilan tersebut yaitu, adanya produk yang bernilai layak
jual yang diproduksi oleh peserta yang telah mengikuti program ini,
kemudian produk tersebut lalu terjual dan peserta mampu mencicil
pengembalian pinjaman dana modal kerja sebesar 50 % dari besarnya
pinjaman, dalam waktu paling lama 12 bulan.
Peserta Pelatihan(Calon Entrepreneur)
Peserta
program pelatihan dan workshop ini diutamakan dari para pemuda lokal
(youth) dengan latar belakang pendidikan tidak mencapai jenjang SLTA,
Fresh Graduate, serta pengrajin atau pebisnis lokal yang telah memiliki
unit produksi (usaha) yang ada di Wilayah Kabupaten Siak dan Sekitarnya.
Sistim perekrutan peserta menggunakan suatu tools khusus dan Standar
Operasional Prosedur tersendiri, yang mencakup assestment, observasi,
teknis pencarian bibit atau calon peserta yang berbakat, wawancara dan
psikologi test, survey terhadap latar belakang calon peserta, uji
reliabilitas, justifikasi, dll. Proses perekrutan calon peserta ini
membutuhkan waktu paling tidak 1 hingga 2 bulan)
5. Durasi Program
Secara
umum, program ini direncanakan efektif berlangsung selama 24 bulan,
yang terdiri dari 2 tahapan utama dan beberapa sub tahapan. Tahapan
utama yaitu masa pelatihan dan workshop selama 1 tahun, dan masa
pendampingan usaha dan produksi selama 1 tahun.
6. Metode dan Materi Pelatihan
Pelatihan
dan Workshop ini akan dikemas dalam paket belajar yang menyenangkan
(fun learning), dengan menggunakan kombinasi metode pendidikan andragogy
dan pedagogy, pelatihan ini lebih menitikberatkan pada konsep Learning
by Doing, atau dengan kata lain, bisa karena mencoba melakukannya.
Setting
media dan tempat belajar yang diharapkan adalah belajar dari lingkungan
di Alam Bebas. Artinya kelas belajar dapat diadakan dimana saja, sesuai
dengan jadwal dan kesepakatan peserta, tidak harus berada di dalam
suatu ruangan kelas, namun akan lebih banyak berada di luar ruangan,
untuk lebih mengasah intuisi dan ide kreatif para peserta program. Dalam
pelatihan ini juga akan digunakan teknik-teknik fasilitasi seperti
sharing, brainstorming, role play, fun games, field observation,
community building, dll
Calon Peserta atau Entrepreneur,
atau para calon pengusaha industri kreatif yang telah direkrut dan
dinyatakan diterima sebagai peserta pada program ini, akan diberikan
pemahaman dan pengetahuan mendasar tentang masalah filosofis dan teknis
yang dihadapi oleh para pengrajin dan pemerintah daerah Siak, dalam
mengembangkan industri pariwisata, seperti identifikasi masalah yang
telah dijelaskan di awal.
Pengetahuan dan Pemahaman
(metode pelatihan ini) menggunakan suatu metode dan modul pendidikan
yang dirancang secara khusus, untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
tersebut. Substansi materi pelatihan dari modul yang akan digunakan
berisi tentang landasan konsep (struktur berfikir) secara filosofis
mengenai Art Of Bussiness, metode berpikir analitis dengan menggunakan
keseimbangan logika dan intuisi, wawasan entrepreneurship, bagaimana
menjadi seorang agent of change, bagaimana cara menjadi wirausahawan
yang sukses, menumbuhkan dan mengembangkan jiwa bisnis, Psikologi
Bisnis, Bussiness Ethict, self motivation, menemukan dan
menumbuhkembangkan ide kreatif, research and development untuk usaha
kreatif, risk management, conjunction plan, identifikasi nilai seni dan
budaya local untuk dijadikan ide produksi, team building, team work,
team motivation, problem solving, Bussiness Networking, Conflict
Interest and Opportunity, teori dasar ekonomi dan pengetahuan dasar
tentang pembangunan ekonomi local, suistainable business, social
entrepreneurship, hingga pada wawasan corporate social rensponsibility,
dll
Selain materi pengetahuan dan wawasan filosofis
diatas, peserta program juga akan diberikan materi soft skill sepertil
pengetahuan tentang bagaimana memulai, mengelola, mengembangkan dan
keberlanjutan sebuah usaha kreatif, bagaiamana cara mendapatkan pinjaman
modal, pengetahuan dasar tentang perijinan, pengetahuan tentang aturan
dan arah kebijakan pemerintah, pengetahuan tentang Hak Kekayaan
Intelektual, pengetahuan tentang business management seperti sistim
informasi dan administrasi, laporan keuangan, analisis SWAT, management
produksi, , membangun komunikasi dan mengembangkan jaringan bisnis,
negotiating skill, observasi dan assestment lingkungan bisnis, trend dan
mode, memasarkan produk secara efektif dan efisien. Selain itu juga
akan diajarkan pengetahuan dasar tentang teknik gambar, bagaimana
menggunakan software disain grafis, bagaimana merancang dan membuat
sebuah desain produk dengan menggunakan software computer, pengetahuan
bahasa inggris, dll.
Materi lain yang akan diberikan
adalah materi hard skill, yang tergantung pada minat produksi (jurusan)
peserta program. Setidaknya ada 3 jenis konsentrasi produksi yang dapat
ditawarkan dalam program pelatihan ini, yaitu Teknik Produksi Sablonase
(contoh produk seperi T-Shirt, Sticker, Poster, Kaligrafi, dll), Teknik
Produksi Seni Rupa (contoh produk sepeti patung, miniatur, asbak, alat
tulis, hiasan dinding, dll), Teknik Produksi Barang Kerajinan Tangan
(contoh produk seperti tas, sepatu, sendal, aksesoris, gelang, kalung,
dompet, gantungan kunci, boneka, dll). Untuk mendukung hard skill
tersebut, diberikan pula materi tentang pengetahuan bahan baku dan
peralatan produksi, teknik printing (soft dan hard printing, labeling/
branding, dan materi lain yang dianggap perlu. Sebaiknya implementasi
program ini hingga pada tahap peminjaman modal kerja dan pendampingan
berwirausaha) agar dapat melakukan suatu produksi barang atau souvenir
dan mampu memasarkannya secara luas.
Jadi, untuk
mempromosikan industri pariwisata Siak melalui Souvenis, tidak cuku
hanya dengan sekedar pelatihan satu minggu saja, setelah itu bubar,
walhasil, menghabiskan uang APBD dan Entrepreneur tidak tumbuh, apalagi
peserta pelatihan adalah orang dekat (sanak famili, tetangga, sauara)
Pegawai/ Staf dari Dinas Terkiat yang menjadi Panitia dari program/
training.